Perpisahan
Yang Sebenarnya Tidak Aku Inginkan
Namun Harus Aku Rasakan
Perpisahan
Melepas Kenyataan Menjadi Seuntai
Sebatas Kenangan
Puisi Apa yang Harus Ku Buat
Puisi Berisikan Perpisahan Sedang Itu yang Tidak Aku Inginkan
Aku Harus Berdiri sebagai Profesional yang Menyampaikan
Sedang Hatiku Sendiri Berkecamuk Takut Menghadapi Kenyataan
Hal yang Demikian
Apa yang Harus Ku Sampaikan
Apa yang Harus Aku Ikrarkan
Hal Istimewa di Depan Pandang justru Harus Ku Ucapkan Selamat Tinggal
Apa yang Harus Ku Sampaikan
Aku Berkata pada Hati
Aku Capek
Aku Ingin Keluar
Mencari Udara Segar
Atau Aku Ingin Berdiam
Disana
Di Antara Angin yang Berembus Malam
Di Bawah Pekat Gulita Malam
Ingin Mencari Kunang-kunang
Atau Menghampiri Alam Malam
Nyamuk-nyamuk itu Berdenging Menghampiri Kulitku
Mungkin Mereka Ingin Menemaniku
Tapi Sungguh
Mereka Justru Menggangguku
Mereka Mendatangkan Gerak Berbeda
Dari Tubuhku yang Ingin Gapaikan Damai
Aku Berdiam Seorang Diri
Di Tempat terbuka yang Asing Tuk Diri Ini
Hanya Rasanya
Hanya Rasanya Ia Asing
Padahal Ruang Ini Telah Mengenalku
Mengenal Betul Akan Aku
Aku yang Tak Terbiasa dengan Tempat Selain Kamarku
Aku Berdiam Seorang Diri
Di Bawah Kelip Lampu Putih yang Tak Seharusnya
Sungguh Mengganggu Sekali Lagi
Tapi
Imajinasiku
Tidaklah Berhenti Hanya Sampai di situ
Aku Melanjutkan Gerak Tanganku
Mengukir Kata demi Kata
Menyalur Abstrak Ekspresi menjadi Selembar Kertas Ku Berpuisi
Tiba-tiba Hal Tak Terduga
Datang Menyapa Bak Setetes Minyak di kerumunan Air
Datang Menghampiri Diri Seolah Mengoyak Imajinasi
Tidak Satu
Tapi Mereka
Dua, Tiga, Ah seperti Biasa
Tapi Ini Dunia
Yang Satu Untuk Semua
Aku Bahkan Tetap Berkata
Untuk yang Ketiga Kalinya
Sungguh Mengganggu
Betapa Aku Ingin Terbahak atas Sifatku yang Merasa Terus Diganggu
Tapi Tetap Berjalan Imajinasiku
Satu Per Satu
Tiga
Dua
Satu
Hingga Sekarang Aku Kembali Satu
Bersendiri Raga namun Sejuta Inspirasi Menyerta
Ku Dapati Itu Semua
Lepas Ku Dapat Setelah ragqaku Berpindah
Bukan karena Mereka Semua
Tapi Lampu Itu
Memutuskan Tuk Wafatkan Diri dan Seseorang Berkata
Esok Diganti
Lagi Aku Berkata
Padamnya Lentera yang Saat Itu Ku Bernaung di bawahnya
Tapi Ada yang Berbeda
Aku Berkata
Aku Takut
Rasa Terusikku Diselingkuhi dengan Takutku
Pada Padamnya Lampu Itu
Dan lagi Aku Berkata Tetap Jalan Imajinasiku
Saat Ini Aku Disana
Ya
Di Antara angain yang Berembus Malam
Di Bawah Pekat Gulita Malam
Menyertai Inspirasi Terbang Bak Kunang-kunang
Sambil Menghampiri alam Malam
Sabarku pada Kebosanan yang Datang
Yang Sebenarnya Tidak Aku Inginkan
Namun Harus Aku Rasakan
Perpisahan
Melepas Kenyataan Menjadi Seuntai
Sebatas Kenangan
Puisi Apa yang Harus Ku Buat
Puisi Berisikan Perpisahan Sedang Itu yang Tidak Aku Inginkan
Aku Harus Berdiri sebagai Profesional yang Menyampaikan
Sedang Hatiku Sendiri Berkecamuk Takut Menghadapi Kenyataan
Hal yang Demikian
Apa yang Harus Ku Sampaikan
Apa yang Harus Aku Ikrarkan
Hal Istimewa di Depan Pandang justru Harus Ku Ucapkan Selamat Tinggal
Apa yang Harus Ku Sampaikan
Aku Berkata pada Hati
Aku Capek
Aku Ingin Keluar
Mencari Udara Segar
Atau Aku Ingin Berdiam
Disana
Di Antara Angin yang Berembus Malam
Di Bawah Pekat Gulita Malam
Ingin Mencari Kunang-kunang
Atau Menghampiri Alam Malam
Nyamuk-nyamuk itu Berdenging Menghampiri Kulitku
Mungkin Mereka Ingin Menemaniku
Tapi Sungguh
Mereka Justru Menggangguku
Mereka Mendatangkan Gerak Berbeda
Dari Tubuhku yang Ingin Gapaikan Damai
Aku Berdiam Seorang Diri
Di Tempat terbuka yang Asing Tuk Diri Ini
Hanya Rasanya
Hanya Rasanya Ia Asing
Padahal Ruang Ini Telah Mengenalku
Mengenal Betul Akan Aku
Aku yang Tak Terbiasa dengan Tempat Selain Kamarku
Aku Berdiam Seorang Diri
Di Bawah Kelip Lampu Putih yang Tak Seharusnya
Sungguh Mengganggu Sekali Lagi
Tapi
Imajinasiku
Tidaklah Berhenti Hanya Sampai di situ
Aku Melanjutkan Gerak Tanganku
Mengukir Kata demi Kata
Menyalur Abstrak Ekspresi menjadi Selembar Kertas Ku Berpuisi
Tiba-tiba Hal Tak Terduga
Datang Menyapa Bak Setetes Minyak di kerumunan Air
Datang Menghampiri Diri Seolah Mengoyak Imajinasi
Tidak Satu
Tapi Mereka
Dua, Tiga, Ah seperti Biasa
Tapi Ini Dunia
Yang Satu Untuk Semua
Aku Bahkan Tetap Berkata
Untuk yang Ketiga Kalinya
Sungguh Mengganggu
Betapa Aku Ingin Terbahak atas Sifatku yang Merasa Terus Diganggu
Tapi Tetap Berjalan Imajinasiku
Satu Per Satu
Tiga
Dua
Satu
Hingga Sekarang Aku Kembali Satu
Bersendiri Raga namun Sejuta Inspirasi Menyerta
Ku Dapati Itu Semua
Lepas Ku Dapat Setelah ragqaku Berpindah
Bukan karena Mereka Semua
Tapi Lampu Itu
Memutuskan Tuk Wafatkan Diri dan Seseorang Berkata
Esok Diganti
Lagi Aku Berkata
Padamnya Lentera yang Saat Itu Ku Bernaung di bawahnya
Tapi Ada yang Berbeda
Aku Berkata
Aku Takut
Rasa Terusikku Diselingkuhi dengan Takutku
Pada Padamnya Lampu Itu
Dan lagi Aku Berkata Tetap Jalan Imajinasiku
Saat Ini Aku Disana
Ya
Di Antara angain yang Berembus Malam
Di Bawah Pekat Gulita Malam
Menyertai Inspirasi Terbang Bak Kunang-kunang
Sambil Menghampiri alam Malam
Sabarku pada Kebosanan yang Datang